




 |
|
Tugas Koor Misa Jumat Agung
Untuk apakah seseorang mau melakukan suatu pekerjaan
yang sulit dan melelahkan, menguras tenaga, pikiran, bahkan waktu?
Seorang yang bodohkah? Tetapi kalau begitu, apa sebutan orang yang mau
melakukannya sampai dua kali? Seorang yang lebih teramat sangat
bodohkah?
Alkisah disebutkan bahwa, tidak seperti dua tahun sebelumnya menyanyi
pada Sabtu Suci, tahun ini koor St.Lucia mendapat tugas untuk menyanyi
di misa Jumat Agung yang jatuh pada tanggal 29 Maret 2002. Karena paroki
St.Laurentius tidak mempunyai jumlah koor atau paduan suara yang
mencukupi untuk memenuhi permintaan jumlah misa selama Trihari Suci dan
Minggu Paskah, ada beberapa paduan suara atau koor yang ditugaskan (atau
"menugasi diri sendiri") untuk mengisi ketidaktersediaan koor pada
misa-misa tertentu. Oleh karena itu, koor St.Lucia bertugas untuk
mengisi pada misa Jumat Agung pada pukul 15.00 dan 18.00.
Pengurus koor St.Lucia menyadari bahwa persiapan yang matang sangatlah
diperlukan maka dari itu selama kurang lebih dua setengah bulan
menjelang hari H (dipotong UTS selama dua minggu) latihan yang perlahan
tapi pasti sudah mulai dijalankan. Yang menjadikan tugas Jumat Agung
berbeda dengan tugas Trihari Suci lainnya adalah adanya pembacaan kisah
sengsara atau yang sering disebut passio. Suasananya haruslah merenung,
sekhidmat dan seagung mungkin, tidak riang gembira seperti misa Sabtu
Suci. Justru mungkin karena tantangan itulah yang menjadikan hal ini
suatu yang baru dan menarik.
Pada hari H-nya para anggota koor mengenakan pakaian hitam-hitam.
Setelah berkumpul di rumah Oom Suntoko untuk vocalizing dan persiapan
akhir, mereka berangkat ke gereja bersama-sama. Sesampainya di sana para
anggota koor duduk sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan.
Gong..!!! Misa pertama dimulai. Lagu demi lagu dikumandangkan dan
sampailah pada passio. Passio pada misa pertama ini secara khusus
Yesusnya dibawakan oleh Pastor Bogaartz, OSC. Para anggota koor dengan
setia dan khidmat mengikuti passio ini, dan yang melelahkan adalah
keinginan untuk berdiri selama passio dibacakan sebagai untuk
penghormatan akan wafat Yesus. Misa terus dilanjutkan dan ditutup oleh
pembacaan teks terakhir.
Seusai misa pertama para anggota koor kemudian makan bersama di lantai
tiga Grha Prakasita. Ketegangan yang tadinya dirasakan entah kenapa
berangsur-angsur menghilang berganti dengan suasana kebersamaan yang
begitu mendalam antar para anggota koor St.Lucia. Sesudah acara makan
itu, dengan semangat para anggota koor memasuki gereja untuk bernyanyi
untuk kedua kalinya.
Pada misa kedua ini, memang ketegangan yang tadi dirasa sudah hampir
tidak ada lagi, akan tetapi kepenatan tubuh, pikiran, suara sungguh
terasa. Apalagi sebagian anggota harus pulang dan tidak bisa mendampingi
para anggota lainnya. Passio yang sangat melelahkan sudah tidak sebaik
yang pertama dan ditambah lagi para anggota koor berdiri selama passio
dibacakan. Tetapi tugas adalah tugas yang tetap menunggu untuk
dituntaskan. Passio kemudian selesai… lagu penghormatan salib… lagu
persiapan komuni… lagu komuni… dan akhirnya ditutup dengan pembacaan
teks akhir. Aahh… selesailah sudah…..
Kembali pada pertanyaan: Untuk apakah seseorang mau melakukan suatu
pekerjaan yang sulit dan melelahkan, menguras tenaga, pikiran juga
waktu? Bahkan sampai dua kali? Jawabannya ada pada diri para anggota
koor St.Lucia: "Kita dari Tuhan, dan oleh Tuhanlah kita terbentuk
sedemikian rupa, maka kita….. SEMUANYA UNTUK TUHAN."
|
|
Hari Senin, tanggal 1 April 2002, satu hari setelah Minggu Paskah, para
warga lingkungan II St. Lucia mengadakan pesta Paskah bersama. Uniknya,
pesta Paskah kali ini dirayakan bertepatan dengan peringatan 1000 hari
meninggalnya alm. Pak Projo.
Pesta Paskah yang diadakan di rumah kediaman Tante
Vonny (jalan Cisatu II/1) ini dihadiri oleh hampir seluruh warga
lingkungan II, termasuk para frater dari biara SMM, para Mudika, dan
bahkan, walaupun datang terlambat, Pastor Bogaartz, OSC menyempatkan
hadir untuk perayaan ini.
Acara dimulai dengan misa yang dipimpin oleh Pastor Wim
dengan diiringi koor Santa Lucia. Misa singkat ini masih bertemakan
kegembiraan Paskah, kebangkitan Yesus yang juga merupakan kebangkitan
kita. Lebih lanjut lagi, Pastor Wiem juga menghimbau dan mengajak agar
peringatan 1000 hari meninggalnya alm. Pak Projo ini menjadi suatu
kegembiraan untuk semua warga lingkungan dan terutama keluarga yang
ditinggalkannya. Hal ini karena sekarang Pak Projo sudah bangkit bersama
Kristus dan saat ini ada bersama kita, berkumpul bersama di
tengah-tengah keluarganya selalu.
Sesudah misa, acara dilanjutkan dengan ramah tamah, para
undangan dipersilahkan menyantap hidangan yang telah disajikan. Pada
kesempatan itu sekali lagi koor Santa Lucia mengajak seluruh warga
Lingkungan II untuk ikut serta pada ziarah ke Gua Maria Cisantana
tanggal 13-14 April 2002 nanti. Acara ramah tamah ini menjadi semakin
meriah karena untuk mengumpulkan dana koor Santa Lucia “mengamen” dengan
menyanyikan beberapa buah lagu sambil mengharapkan sumbangan dari
seluruh warga Lingkungan untuk ketersediaan dana ziarah tersebut. Salut
untuk Koor Santa Lucia! SELAMAT PASKAH!
|
|
Daftar Isi:

Mudika Ciumbuleuit

Koor St.Lucia |