KEJARLAH KEBAHAGIAAN…
Sr. Jeannette Krista osu.
Nama yang indah bukan?
Sesuai dengan nama yang indah itu, beliau telah
melakukan tugas perutusan yang indah pula untuk orang lain. Bersama
suster-suster lainnya, beliau berkarya dalam bidang pendidikan formal
maupun non formal. Dan Ordo Ursulin adalah ordo yang dipilihnya untuk
melayani sesama yang menderita seperti mengurusi anak-anak jalanan,
aktif dalam gerakan ibu peduli serta mengurusi pengungsi-pengungsi
terutama kaum wanita dari tindak kejahatan.
Banyak cobaan dan krisis panggilan telah dialami
wanita kelahiran Subang, 59 tahun yang lalu ini. Yang terberat adalah
karena orang tua beliau tidak merelakan putri sulung mereka memilih
hidup membiara. Walaupun Jeannette muda telah berusaha memenuhi
permintaan orang tuanya dengan bekerja selama dua tahun di Jakarta,
namun beliau tidak dapat menahan keinginan untuk memilih kehendak Tuhan
atas dirinya. Maka walaupun tidak direlakan, orang tua Jeannette
akhirnya mengijinkan putrinya untuk hidup membiara.
Maka dimulailah tugas perutusan wanita yang dibaptis
pada usia 11 tahun ini. Tugas pertamanya setelah selesai masa pendidikan
selama 3 tahun di biara adalah menjadi guru di sebuah sekolah swasta
baru di Jakarta. Betapa Sr. Jeannettte merasa kecil karena belum
mempunyai pengalaman apa-apa ketika harus menghadapi anak-anak SMU yang
kebanyakan adalah anak pejabat tersebut. Dalam kekalutannya itulah,
suster berkacamata ini mencoba membangun wibawa melalui kekuatan doa,
kasih dan kebijaksanaan.
Untuk meneruskan cita-cita diperlukan adanya kekuatan
batin untuk menghadapi rintangan-rintangan.
Keyakinan itulah yang membuat biarawati lembut ini tetap pada jalannya
walaupun adik laki-laki dan ayahnya meninggal. Dan saat-saat sedih ini
ditambah lagi karena beliau tidak dapat keluar dari tembok biara untuk
sekedar melayat dua orang yang dicintainya itu karena peraturan yang
tidak memperbolehkan biarawati untuk pulang menemui keluarga dengan
alasan apapun.
Betapa kerasnya peraturan biara yang memandang dunia
adalah tidak baik, banyak dosa dan pelanggaran hukum Allah sehingga
dunia harus dijauhi. Biarawati harus dilindungi dalam tembok biara yang
kokoh. Namun keyakinan akan Tuhan dan kedamaian dalam biara yang
diperoleh beliau menjadi tegar dalam membina hidup batinnya.
Seiring perkembangan dan tuntutan jaman, maka
biarawati Ursulin mulai membuka diri dan terjun langsung ke dalam
masyarakat kecil yang membutuhkan. Indonesia merupakan salah satu
provinsialnya dan jumlah cabang yang tersebar di Indonesia adalah 32
biara, kecuali di Sumatra. Tugas perutusan yang saat ini sedang menjadi
perhatian Ursulin adalah masalah pengungsi di Atambua, Asmat dan
Sulawesi.
Kebahagiaan di dunia ini tidak kekal, kebahagiaan
dalam Tuhanlah yang kekal. Prinsip inilah yang
dipegang wanita yang menguasai bahasa Belanda, Jerman, Inggris, Perancis
dan Latin ini dalam menghadapi berbagai suka suka hidup membiara. Tidak
dapat menemui keluarga dan tidak dapat menolak dan memilih tugas
perutusan adalah duka dalam menghadapi resiko menjadi biarawati.
Tuhan menciptakan wanita dan pria sederajat dan
secitra dengan Allah. Untuk itu diharapkan wanita dan pria dapat saling
melengkapi dalam menghadapi hidup ini. Maka sangat disesalkan sekali
karena kaum pria memandang lebih rendah terhadap kaum wanita. Salah satu
buktinya adalah kasus suami yang sering memukuli istrinya. Kasus ini
membuktikan bahwa kaum pria merasa lebih tinggi dan bisa menguasai
wanita. Bahkan dalam gereja sendiri terdapat perbedaan tersebut. Paus
melarang wnita untuk berada di altar. Namun di Indonesia Uskup
mengijinkan adanya putri altar.
Sikap inilah yang perlu diubah dalam masyarakat dewasa
ini. Bukan hanya wanitanya saja yang perlu merubah diri dengan
meningkatkan kemampuannya, tetapi kaum pria juga perlu merubah mentalnya
untuk dapat mengakui wanita sebagai partnernya, bukan bawahannnya.
Begitulah kalau wanita lulusan MSC Economics Asian
Social Institute, Manila tahun 1975 ini berbicara tentang kaumnya.
Lalu bagaimana tentang gerakan feminisme yang saat ini
sedang marak diperjuangkan? Segala sesuatu yang mengandung kata –isme
mengarah kepada sesuatu yang over. Wanita harus diakui dan ditingkatkan
hak-haknya tetapi salah jika wanita minta untuk disamakan. Karena secara
biologis jelas wanita dan pria berbeda. Yang perlu diperjuangkan adalah
wanita dapat dianggap sebagai mitra yang sejajar dan ada kesetaraan
sesuai dengan perannya tanpa menyalahi kodratnya.
Wanita kelahiran 5 Januari yang sudah benyak
pengalaman ini mengatakan bahwa orang yang bahagia adalah orang yang
tahu mengabdi dan mengasihi sesama dan Tuhannya serta menerima
keadaan sebagaimana adanya. Untuk itu kejarlah kebahagiaan sejati
dan kekal yang tidak dapat dibeli, yaitu kebahagiaan dalam Tuhan.
Bersungkurlah dalam kaki Yesus sebagai tempat pelarianmu yang pertama.
Indah sekali bukan?